Senin, 21 Juli 2014

Impian Itu Ada di Sumatera Jilid II

Halaman 2

Tuutt, tuuuutt. Suara kapal menggetarkan seisi kapal ferri. Kebisingannya menghancurkan keheningan senja *sok puitis*. Para awak kapal dengan penuh tenaga melemparkan tali seukuran betis kaki anak gajah ke seseorang yang ada di daratan. Kapal siap untuk bersandar di Pelabuhan Bakauheuni. 

Pukul 18.00 WIB. Meleset 4 jam dari jadwal yang sudah gue buat. Gue harus bersitegang dengan jalanan di kota Serang terlebih dulu. Gue dibuat nyasar oleh ibukota dari Banten tersebut. Bingung karena banyak banget persimpangan dan minimnya petunjuk arah menuju Pelabuhan Merak. Alhasil gue nyasar ke perkampungan-perkampungan gitu, kebon-kebon gitu. Gue jadi harus sering bertanya sama Pak RT untuk bisa keluar dari daerah yang entah apa namanya itu. Belum sampe Sumatera aja gue udah kewalahan nyari jalan. Kupret!!!

Belom lagi pas mau masuk pelabuhan Merak, gue harus berurusan dulu dengan tiga orang polisi yang sedang berjaga. Mata mereka udah kayak mata elang liat daging busuk dan kering. Fiks gue digeledah. Kayak pencuri ketauan maling kutang nenek-nenek, tas cariel gue digeledah, semua surat-surat dalam dompet suruh dikeluarin, badan gue digrepe-grepe, daleman gue diminta. Muka gue emangnya mirip Teroris Nurdin M Top atau Klewang si Geng Motor apa?? Gue sih gak masalah diintrogasi dan diminta daleman gue, tapi masalahnya, barang yang udah gue packing dengan rapih, lembut, harum, harus diacak-acak lagi sama tuh polisi. Sialan!!!

Lupakan saja kejadian-kejadian itu, sekarang saatnya gue melanjutkan perjalanan. Gue berjalan menuruni tangga menuju ruangan bawah kapal. Satu persatu kendaraan-kendaraan keluar dari perut ferri. Gue nyalakan mesin kendaraan gue. Brrrrmm. Sabuk helm gue kunci, tas ceriel udah dalam posisinya, resleting dah gue naekin. Saatnya berangcuuuttt!!!!

Akhirnya gue bisa juga menggesekan roda motor gue untuk pertama kalinya di tanah Sumatera. Yup, motor ini yang akan menemani gue menuju titik terujung Indonesia. Jangan tanya kenapa gue lebih milih motor daripada pesawat? Karena pasti lu udah tau dengan jawabannya (dibaca: kere). Tapi ada alasan kenapa gue milih pake motor. Gini ceritanya!!!

Alkisah pada suatu hari (gaya emak ayam lagi bacain dongeng ke anak kucing). Pada saat gue Backpacking ke Pulau Komodo yang ada di Nusa Tenggara Timur itu, yang ada cicak-cicak kelewat gede, dan dulu sempet jadi finalis New Seven Wonder. Di sana Gue bertemu dengan dua orang cewe. Gue ulangi lagi, dua orang cewe. Nah mereka itu pergi ke Komodo pake sepeda motor dari Pulau Bali. Beuh, gokil gak tuh, siang malem jalan naek motor ngelewatin Hutan Sumbawa, cewe lagi!!

Dari situ kita ngobrol-ngobrol panjang binti lebar, dan yang dapat gue ambil intisari dari perbincangan itu adalah, ternyata pengeluaran mereka lebih sedikit dibanding dengan pengeluaran gue. Semua itu sontak membuat gue menawarkan diri untuk jadi makanan penutup para komodo. Sumpah betapa kecewa luar dalem waktu ngebandingin pengeluaran kita. Tapi, ya sudahlah, ikhlas ikhlaass ikhlaaasss *gigitin buntut komodo*.

Nah, dari pengalaman itu lah gue mau nyobain ngetrip pake sepeda motor. Selain pengeluaran irit, dengan naik motor, gue bisa berhenti di mana pun dan kapan pun yang gue mau dan bisa masuk sampai ke pelosok-pelosok daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat. (Salam kangen buat Mba Hana dan Sally yang udah menginspirasi gue. Salut untuk kalian berdua).

Malam semakin larut. Semakin berjalan jauh meninggalkan Bakauheuni, suasana semakin sepi. Tak ada rumah-rumah di pinggir jalan, sesekali truk-truk berukuran monster berseliweran di atas jalan yang bergelombang dan berkelok-kelok. Truk-truk itu dengan murah hati meninggalkan kedinginan dan kesumpekan udara di malam ini. Gue cuma bisa berdoa semoga gue gak ketemu sama Megatron!!! (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar