Selasa, 02 September 2014

Perkenalkan, Nami Abdi. . . . .

Salam Silaturahmi


Gegara mudik sebulan lebih kemaren, gue jadi telat posting kelanjutan perjalanan gue kesasar di Sumatera. Maklum, di kampung gue susah sinyal internet. Okeh para pemirsah di mana pun anda berada, kita lanjut lagi kisah perjalanan awut-awutan seorang travel-musafir. Tapi sebelum itu ada baiknya kalo kita berkenalan dulu. Seperti kata pepatah, "Tak kenal maka tak sayang". Bahkan dalam hadist pun tertulis, "Anna Dhofatul Minal Iman" yang artinya "kebersihan sebagian dari iman" (bener gak sih?).

Karena gue seorang Muslim, gue ucapkan Assalamualaikum Wr.Wb. Nama gue Yogie Agusubarnas. Gue asli Suku Sunda. Mamak-Bapak gue berasal dari Subang, Jawa Barat dan kebetulan mereka dari RT yang sama. Gue dilahirkan di Subang 11 Agustus 1989. Gak tua-tua banget kan?? Gue tinggal di sebuah dusun kecil di daerah Subang yang bernama Kampung Caringin, Desa Cikaum Timur, Kecamatan Cikaum. Kalau yang butuh Alamat Email dan Facebook gue yaitu Yogie_agusubarnas@yahoo.co.id, dan kalau twitter @giecobain, jangan lupa di follow eaa! karena susah banget bikinnya, gue perlu rapat tahunan dulu dengan keluarga besar.

Impian itu berawal dari mimpi. Impian gue sih sepele. Mudah-mudahan Tuhan bisa mengabulkan impian gue untuk mengelilingi Indonesia dan juga Dunia. Amin. Gak muluk-muluk kan? Yup, impian itu sudah ada dari waktu gue masih kecil. Yogi Kecil, dulu sering membayangkan bisa berjalan-jalan di Pantai Bali sambil ngelihat bule "selonjoran" (dibaca: gak pake beha) #masih kecil aja udah mikirin yang begituan, terus Yogi kecil juga sering membayangkan bisa menari-nari bersama Orang Papua sambil muterin api unggun, bisa loncatin Batu Nias (tapi kalau ada, yang ukuran mini aja), bisa maen perang-perangan bola salju di luar negeri sama Om Sinterkelas, bisa manjat Tower Eifell layaknya ngambil layangan nyangkut di menara sutet, bisa maen layangan di Piramida sama Mas Mummi, bisa maen petak umpet di Colosium Roma, bisa maen tamiya di Tembok Besar Cina dan terakhir bisa naek haji bareng orang sekampung ke Makkah. Amin. Bayangan itu semua sering kali muncul kalau gue liat tukang ager-ager lewat di depan rumah (kayaknya gak nyambung).
Impian kosong. Mungkin itu yang ada di benak gue dulu. Mana mungkin bisa gue keliling Indonesia! gak mungkin buanget bisa menapaki tiap penjuru Indonesia!!! gue nyadar, gue hanyalah orang kampung, orang desa, yang bagi warga desa, impian semacam itu masih terlihat "asing", omong kosong, gak ada "faedah", ngabis-ngabisin duit, dan "ngapain juga lu pergi jauh-jauh? mending di rumah, cari duit terus tidur", begitulah penggalan kata-kata dari mereka. Lantas gue termakan omongan mereka. "Menenggelamkan" impian dan duduk di pojokan jadi anak rumahan.

Namun seiring berjalannya waktu, semua itu sedikit lebih bercahaya ketika gue masuk organisasi Pecinta Alam di kampus. Pelan tapi pasti gue bisa menyentuh impian itu. Sedikit demi sedikit impian itu mulai "mengapung" lagi di dalam benak gue. Puncaknya pada saat gue lulus kuliah dan bekerja sebagai enumerator atau pencari data, gue berhasil mencolek sedikit impian itu. Gue dikirim ke setiap pelosok Indonesia, mulai dari Pontianak (Kalbar), Mamasa (Sulbar), Pekanbaru (Riau), Solok (Sumbar), OKI & OI (Sumsel), Sumbawa (NTB), Timur Tengah Selatan yang ada di pulau Kupang (NTT), dan sebagian daerah pulau Jawa. Lantas gue terkena "racun" yang sangat pekat, yang belum ada obatnya di apotek terdekat. Gue jadi "kecanduan" jalan-jalan. Gue kena racun berdarmawisata.

Gue semakin percaya kalau impian gue bukanlah isapan jempol belaka. Impian itu sudah bisa gue genggam sekarang. Impian yang menurut orang kampung masih sangat "tabu" dan tidak ada gunanya. Sekarang, gue ingin melanjutkan untuk menggenggam impian itu, bahkan ingin menginjakan kaki sepenuhnya pada impian gue.


"Perjalanan itu Gue yang nyiptain, BUKAN Mereka"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar