Selasa, 09 September 2014

Belajar geografi. . .Bertrevelinglah!

Halaman 5

Hujan tiba-tiba turun deras. Warung makan di Desa Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, menjadi pilihan untuk menghindari guyuran hujan yang lebat ini. Perjalanan selepas dari Kota Agung menyuguhkan pemandangan yang indah dengan bukit-bukit dan hutan-hutan. Beda banget kayak di Jakarta yang luar biasa macet buangets, penuh dengan ribuan orang dan polusi-polusinya yang cukup bikin nafas gue bengek-bengek. Mungkin kalau di-rongsen pakai sinar X, dalam paru-paru orang Jakarta itu isinya 20% asap motor, 30% asap mobil, 40% asap metromini dan bajaj, 9% asap rokok, dan 1%nya lagi polusi kentut.

Bang Andre sudah tiba di tempat gue berteduh, lengkap dengan baju perang melawan hujan. Gue pun langsung mengeluarkan ponco dalam bagasi motor dan siap untuk menembus derasnya hujan. Lets go!!!

Belum lama gue berjalan, tiba-tiba tanjakan tinggi curam menghadang setelah berbelok ke kanan. Tanjakan tanjakan dan terus tanjakan curam tiada habis rasanya, disertai dengan belokan patah-patah. Motor konsisten di "gigi" satu. Mobil truk besar yang pas berada di depan gue pun susah payah untuk menaklukan tanjakan tersebut, bahkan beberapa kali sempat mau mundur lagi. Gue salip tuh mobil daripada nanti gue di pantatin truk.

Setelah melewati tanjakan yang berliku-liku, kali ini gue benar-benar disuguhi pemandangan hutan rimba yang sangat eksotis. Pas gue baca sebuah papan pinggir jalan, ternyata gue baru saja memasuki kawasan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan atau disingkat TNBBS. Waw, Bukit Barisan!! *Matabelo*. Gue gak percaya ini. Karena yang gue tahu, Bukit Barisan itu adanya di daerah Padang sana, yang ada di pinggir-pinggir jalan (itu mah Rumah Makan Bukit Barisan).

Ternyata eh ternyata, Bukit Barisan itu adalah pegunungan yang terbentang dari Provinsi Lampung sampai Provinsi Aceh loh!!! Panjang banget kan?? Jadi bukitnya itu banyak dan saling nyambung gitu dari bukit satu ke bukit yang lain. Kayak lagi latihan baris berbaris. Sekarang gue tau kenapa dinamakan Bukit Barisan. Gak ke bayang ada berapa bukit yang berbaris dari Lampung sampai di ujung Aceh sana. Amazing Indonesia!

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) adalah sebuah taman nasional yang ditujukan untuk melindungi hutan tropis Pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. TNBBS ini sudah diakui oleh UNESCO juga loh, sebagai warisan dunia. Menurut buku yang gue baca, Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka Margasatwa pada tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982. Memiliki luas lebih kurang 356.800 Ha. Boleh dibilang Kawasan ini merupakan Taman Nasional terbesar ke–3 di Pulau Sumatera. Membentang dari ujung selatan Provinsi Lampung bagian barat hingga bagian selatan Provinsi Bengkulu.


Ruas jalan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Jalanan di dalam TNBBS ini adem banget, meski tidak terlalu tinggi datarannya. Rindangnya pepohonan menutupi atap jalanan selebar 8 meteran. Jalanan di sini sepertinya masih baru. Terlihat dari jalan yang mulus dan masih terlihat beberapa Pekerja yang masih menyempurnakan jalan. Jalan yang dihiasi hutan lebat ditambah kesunyian hutan. Jarang ada kendaraan lewat. Dan karena sunyi itulah yang bikin gue merinding senut-senut. Takut kalau tiba-tiba ada macan tutul lompat dari balik semak-semak, ngeri kalau tiba-tiba ada gajah menghadang terus numpang nebeng. Gak lucu banget kan!! 

Cukup lama gue mengarungi eksotisnya Bukit Barisan Selatan. Menurut cerita bang Andre, sekitar tahun 1995, kali pertama dia melintas di hutan ini dengan sepeda motor Crystal Suzuki-nya. Dahulu kala, waktu jalannya baru dibuka dan dikupas (kacang kulit kalee dikupas!). Jalan di sini masih berupa tanah merah gitu dan bercampur sisa-sisa metabolisme masih banyak bertebaran di tengah jalan (dibaca tahi gajah). Masih menurut dia, di sini bukan harimau atau macan yang ditakuti pelintas, justru gajah yang kadang-kadang mengamuk lebih dihindari. Untung gue gak ketemu gajah yang numpang nebeng.

Lanjut perjalanan, gue bertemu bang Andre yang sudah menunggu gue di warung sambil megang semangkok mie rebus. Sumpah ini orang kerjanya makan mulu. Kalau gue hitung, udah 3 kali dia makan di perjalanan. Dia cuma bilang, "Habisnya lama banget nungguin lu jalan." Hahahaha, jadi malu. Bener juga sih. Setiap gue ketemu bang Andre di jalan, dia pasti lagi makan dan nyuruh gue untuk jalan duluan. Selang beberapa lama, padahal gue udah duluan tapi akhirnya bisa kesusul lagi. Terus dia nunggu di depan lagi sambil makan, terus gue salip lagi, terus keuber lagi. Ini apa guenya yang lambat, atau dianya yang kesurupan setan Ghost Rider!!!

Jujur, gue masih merasa deg-degan jalan sendirian di Sumatera. gue belum pede melintasi jalan yang notabennya masih banyak hutan-hutan. Apalagi banyak kabar miring di Sumatera yang membuat gue harus menghafal "ayat kursi" biar diberi keselamatan. Beruntung bang Andre mau nemenin gue jalan, walaupun sering ketinggalan jauh. Setidaknya gue gak dilepas begitu aja di Pulau Andalas ini. Sedikit melegakan gue yang belum siap berpetualang sendirian.

Warung ini berada persis di depan SPBU Way Jambu (65 km selepas keluar TNBBS) yang kosong tidak jualan. Sedikit mengkhawatirkan karena SPBU Way Jambu yang berjarak lebih dari 100 Km sejak SPBU Wonosobo dekat Kota Agung ternyata kosong. Ada SPBU Krui sekitar 30 km dari Way Jambu tapi biasanya lebih sering kehabisan stok juga. Hemm, susahnya nyari BBM di SPBU! 

Spanduk bertuliskan Selamat datang di Kabupaten Pesisir Barat sudah banyak menggantung di pinggir-pinggir jalan sejak dari Pemerihan di Kecamatan Bengkunat Belimbing. Dilihat dari tulisan di spanduk, sepertinya kabupaten ini baru saja terbentuk. Ternyata benar, kata bang Andre, kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat dan baru saja disahkan beberapa minggu sebelum gue datang ke sini.

Rupanya, menurut bang Andre yang sudah menjelajah ke daerah ini sejak tahun ‘80an. Jadulnya alias jaman dulunya, 3 kabupaten yang kita lewati (Pesawaran, Pringsewu, dan Tanggamus) masuk ke dalam Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukotanya Kalianda, tempat bang Andre tinggal. Tapi sekarang sudah dipisah atau dimekarkan termasuk Kabupaten Pesisir Barat ini. Lampung memang sangat pesat pemekaran kabupatennya. Dari 3 kabupaten dan 1 kota di awal tahun ‘90an, kini telah menjadi 13 Kabupaten dan 2 Kota, dan yang paling baru adalah Kabupaten Pesisir Barat dengan beribukotakan Krui. Tidak terasa sudah 5 kabupaten dan 1 kota gue lewati dalam sehari.

Gue jadi inget tentang pelajaran Geografi di sekolah dulu. Gue di ajarin nama-nama daerah di Indonesia beserta ibukotanya, letak geografisnya, nama-nama gunung dan danau di daerah itu, hasil buminya, nama kepala pemerintahannya, dan ukuran sendal yang di pakai pak lurah setempat. Terus terang nilai gue jelek banget, apalagi kalo pas ditanya ukuran sendal pak lurah, sumpah, otak gue langsung ngeblank. Tapi sekarang, gue hafal nama-nama daerah sampai ke pelosok. Gue tau apa aja yang dimiliki daerah tersebut. Inilah manfaat dari traveling. Dari yang kita gak tahu jadi tempe, dan dari yang kita cinta menjadi lebih cinta akan suatu hal. Tapi tetep aja gue masih ngeblank kalo ditanya soal ukuran sendal pak lurah setempat #zing.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar