Selasa, 16 September 2014

Teman dan Keluarga Baru

Halaman 7

Minggu, 09 Desember 2012
Pagi-pagi bang Andre mengajak gue berjalan kaki untuk melihat-lihat sekeliling kampung. Lumayan lah itung-itung olahraga sambil cuci mata, siapa tau bisa ketemu tukang jamu gendong cantik #Cetar. Langkah kaki kami terhenti di suatu pelabuhan kecil. Pelabuhan itu bernama Pelabuhan Krui. Orang-orang di sini sering menyebutnya Pelabuhan Kecil Padang. Namun sekarang pelabuhan ini sudah tidak beroperasi lagi, hanya dipakai para nelayan untuk menjual hasil tangkapannya.


Perahu-perahu di sekitar pelabuhan Krui

Bang Andre tau banget seluk beluk daerah ini, soalnya dia pernah lama tinggal di daerah pesisir dan beristrikan orang Pulau Pisang, sebuah pulau di depan Pelabuhan Krui. Dan ternyata pria berbadan buncit itu juga pernah menjadi perompak kapal waktu zaman muda dulu. Gak percaya sih awalnya. Mana mungkin badan "buncit semangka" kayak gitu jadi perompak. Tapi pas gue lihat fotonya waktu jaman brondong dulu yang berbadan tegap, atletis, dengan tato menghiasi badannya, baru gue percaya. Iya lah percaya, fotonya dah kayak Ali Topan Anak Bajingan, hahaha *Viss bang*. 


Sarapan sudah disiapkan oleh istrinya bang Dodi yang berambut panjang dan berkulit putih itu. Setelah mamaking alias makan-mandi-dan packing saatnya kita chaw. Tujuan bang Andre selanjutnya adalah perbatasan Provinsi Lampung-Bengkulu atau tepatnya daerah Nasal sedangkan tujuan gue masih lebih jauh, yaitu daerah Manna, Bengkulu. Jam 09.30 kami meninggalkan Krui, meninggalkan teman baru bahkan keluarga baru. Makasih bang Dodi sekeluarga atas sambutan dan kebaikannya. Semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.


Teman Baru. Keluarga Baru.

Sebelum meninggalkan Krui, kami mengisi bensin terlebih dahulu. Kebetulan kalau pagi-pagi gini masih banyak stock premium di SPBU Krui. Kata bang Andre, SPBU ini merupakan SPBU terakhir yang masih menyediakan premium. SPBU berikutnya adalah di Bintuhan, 100 km lebih dari Krui, tapi di sana belum pasti ada stok bensin, jadi gue mengisi penuh tangki bensin di sini saja.

Kalau sebelumnya perjalanan gue ditemani hutan-hutan, kali ini sepanjang perjalanan ditemani laut yang biru nan indah ditambah dengan deburan ombak yang lumayan besar. Bang Andre mengajak gue untuk berhenti di suatu tempat di daerah Tebekak. Katanya ada sebuah batu yang keren dan orang-orang sekitar menyebutnya dengan nama Batu Tihang. Batu tersebut berada di tengah laut yang satu-satunya menjulang tinggi seperti angka satu atau seperti tiang. Tingginya kayak tiang listrik yang nyangkut di atas pohon kelapa. Bener-bener ciamik banget!!!

Dari Krui sampai Bintuhan tidak henti-hentinya pemandangan khas pinggir laut. Hanya saja pas memasuki daerah Lemong, jalanan mengarah ke atas bukit dan kemudian memasuki TNBBS lagi. Dulu, menurut bang Andre, jalur TNBBS seksi Lemong – Merpas ada turunan atau tanjakan yang disebut "Tebing Mayit" akibat banyak puluhan korban yang melepas raganya di situ. Begitu pula jalur TNBBS seksi Sedayu ada jalan yang sangat curam di patok 50 tapi kemudian dirombak menjadi lebih landai akibat banyak kendaraan yang tidak mampu melewati tanjakan tersebut. Kadang ada beberapa kendaraan yang terjun bebas ke dalam jurang, karena rem terkadang tidak mampu menahan curamnya grafitasi. Busteeeepp, Bener-bener angker juga nih jalan!!!

Bang Andre mempunyai tempat pariwisata yang dia kelola sendiri. Gue disuruh mampir di tempat pariwisata tersebut di daerah Nasal setelah perbatasan Lampung-Bengkulu. Namun di tengah perjalanan, bang Andre menghilang entah ke mana. Entah apa dia jauh berada di depan atau tertinggal di belakang. Setelah gue tanya melalui SMS, Dugaan gue benar, ternyata dia lagi makan di warung jauh di belakang gue. Hemm, bener-bener deh!!! Tapi bang Andre sudah memberikan alamat tempat pariwisata tersebut berada yaitu di Pantai Laguna Samudra, Merepass, kecamatan Nasal, kabupaten Kaur, Bengkulu. Di situ dia bilang pemandangannya gak kalah bagus dari sebelum-sebelumnya, tapi tempatnya agak masuk ke dalam dari jalan utama.

Sampai di Kabupaten Kaur. Kabupaten pertama gue di Bengkulu atau kabupaten ke-6 di Sumatera. Gue menurunkan tempo kecepatan mencari tempat yang bang Andre maksud. Setelah cari sana cari sini, tengok sana sini, gak ada ciri-ciri tempat yang dijelaskan bang Andre. Sekian lama mencari namun hasilnya tetep nihil. Udah gak jelas rupa dan bentuknya, akhirnya gue putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Manna. Sebenernya gak enak juga belum pamitan sama bang Andre, tapi mau gimana lagi karena gue harus cepat-cepat sampai di Manna sebelum hari gelap. Makasi bang Andre udah mau nemenin dan bantuin gue sampai sejauh ini. Gue belajar banyak banget dari beliau tentang sebuah perjalanan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar