Senin, 22 September 2014

Berpisah dengan Keluarga Shincan


Halaman 11

Selasa, 11 Desember 2012
Pagi ini gue nganterin Oscar dan Angel pergi ke sekolah lagi. Ini terakhir kalinya gue nganterin mereka ke sekolah. Yup, karena hari ini gue akan melanjutkan kembali perjalanan menuju Sabang. 
Di depan gerbang sekolah, "Nanti siang kita jalan lagi ya O'om!!" Angel berkata dengan polosnya.
"O'omnya mau pulang hari tau!" jawab Oscar. Seperti biasa, mereka selalu berdebat. Perdebatan lucu.
"Terus kapan ke sini lagi O'om? kita keliling lagi nanti," tanya Angel.
Sambil tersenyum gue cuma bilang, "Pasti!" Gue mengepalkan tangan.
"Janji ya O'om??"
"Iyaah, toss dulu dong." Kedua telapak tangan gue angkat dan gue buka selebar-lebarnya. Mereka pun membalas dengan menepak tangan gue, dan mereka langsung berlari masuk. 

Sedih juga rasanya berpisah dengan mereka. Sebelum berangkat meninggalkan kota, gue pengen banget mengunjungi satu lagi objek wisata yang belum sempet gue datengin kemaren. Benteng Marlborough. Padahal benteng ini tepat berada di depan Kampung Cina, tapi dari kemarin gue cuma numpang lewat doang muter-muter di sekeliling benteng. Kang Sunar bersedia mengantarkan gue masuk ke dalam benteng. Dia bela-belain telat masuk dinas.
Bagian depan benteng

Pukul 08.00 kita berdua pergi menuju benteng. Namun, sesampainya di Benteng Marlborough, belum ada penjaga yang datang, sepi, dan pintu gerbang bentengnya pun masih tertutup rapat. Kita kepagian datangnya. Gagal sudah gue melihat ke dalam benteng bersajarah tersebut. Tiba-tiba Kang Sunar turun ke bawah jembatan yang ada di depan gerbang. Dia pun memanggil gue, menyuruh gue mengikuti jejaknya. Dengan sedikit mendaki tembok, ternyata kami sudah sampai di balik gerbang yang terkunci tadi. Jadilah kami itu bagai Ninja dari Majapahit yang menerobos pertahanan Benteng Takeshi. Tapi, kok ada pintu gerbang lagi di depan? Wealah!! dan kali ini tembok besar dan tinggi menghalangi jalan kami. 

Ternyata untuk masuk ke dalam benteng, kami harus melalui dua gerbang yang sangat besar. Kang Sunar terus mencari celah untuk bisa melewati gerbang kedua. Dia pergi ke sana pergi ke sini, naek sana, naek sini, loncat sana sini, salto, kayang, nari piring sambil salto, udah kayak Jacki Chan lagi kebelet pipis.

Kang Sunar yang sudah berada di atas tembok nyuruh gue manjat. Gilaaaa!!! Gue harus manjat tembok setinggi 3 meter lebih. Gue jelas gak berani. Dia mah enak tiap hari digenjot terus buat latihan fisik. Lah, kalau gue? Cuma orang kerempeng yang bisanya tidur sambil diiringi musik gambang kromo. Kalau lagi sial terus jatoh gimana? Masa baru 3 hari di Sumatera tiba-tiba harus pulang lagi ke Subang karena jempol kaki keseleo.

Karena gue males mendaki tembok, kang Sunar ngajak jalan ke bagian belakang benteng. Siapa tau ada pintu lain yang lupa digembok. Pemberontakan kami terhadap Kaisar Tong Feng pun masih terus berlanjut. Sesampainya di belakang benteng, lagi-lagi pintu gerbang besar menghadang kami. Gerbangnya masih tertutup lengkap dengan rante segede betis ngegantung melilit di pegangan gerbang tersebut. 

Kang Sunar mendorong pintu tersebut. Kreeekkk, terdengar suara pintu bergesekan dengan lantai. Gerbangnya bergeser. Namun, rante besar melarangnya untuk terbuka. Pintu hanya terbuka satu jengkal. Gue coba mengintip ke dalam sana. Gak banyak yang bisa gue liat, hanya sebuah meriam tua yang berdiri kokoh dengan taman-taman hijau di sekitarnya. Kang Sunar masih terus kayak Jacki Chan kebelet boker, mencari jalan masuk ke dalam benteng. Apa boleh buat. Sepertinya memang belum ditakdirkan masuk ke dalam sana. Namun dari sini, gue bisa melihat langsung pemandangan biru lautan lepas. Mungkin karena posisi benteng yang berada di atas bukit kecil jadi pemandangan sekitar nampak begitu jelas. Terlihat juga Pantai Tapak Padri dari benteng.

Menurut Artikel yang gue baca. Banteng Marlborough atau yang bahasa kerennya Fort Marlborough adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu. Benteng yang kalau dilihat dari atas seperti Kura-kura ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1714-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah timur setelah benteng St. George di Madras, India. 
Fort Marlborough

Nama benteng ini menggunakan nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I. Benteng ini tergolong yang terbesar di kawasan Asia. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Gak nyangka, gue bisa melihat kebesaran kekuatan penjajah kolonial pada masanya dengan bangunan benteng yang besar tiada terperi yang masih terjaga kelengkapannya. Saluuut!!!

Tidak berhasil menculik Putri Hime dari dalam Fort Marlborough, pukul 09.30 WIB, gue pun berangkat dari Kota Bengkulu. Makasih sebesar-besarnya buat kang Sunar dan Mami, terutama Dua Bocah Ngeselin-Oscar si Shincan dan Angel si Himawari. Pasti bakalan kangen banget sama bawelnya mereka berdua. Sebelum berangkat, kang Sunar menyelipkan uang di tangan gue. Rezeki gak boleh ditolak, hehehe. 

Gue mendapatkan lagi satu pengalaman yang berharga. Mungkin kalo gue gak senekad ini. Gue gak bakalan bisa sampe dan ketemu dengan saudara-saudara gue di Sumatera. I love adventure. 
Menerobos benteng takeshi

Tujuan gue selanjutnya adalah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Provinsi di mana gue bakalan gila tempat wisata. Berangcuuuut!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar