Selasa, 09 September 2014

Tujuh Danau Terluas

Halaman 6

Pure-pure banyak berdiri di tiap sisi jalan yang gue lewati, lengkap dengan sesajen berupa kembang dalam wadah yang terbuat dari daun kelapa. Desiran ombak yang terdengar keras membuat gue bertanya, apa gue sekarang ada di Bali? Bang Andre mengagetkan gue dari belakang dengan suara klakson motornya. "Ini adalah perkampungan Bali," katanya. Ia juga menjelaskan kalau sebagian warga di Lampung ada yang beretnis Bali. Dari sekitar 7,6 juta penduduk di Lampung, kurang dari 10 persen atau satu juta lebih bersuku Bali, yang tersebar di penjuru Lampung. Termasuk di Way Jambu, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat ini. Ternyata gak cuma orang Jawa saja yang sering transmigrasi ke daerah orang, keturunan dari Bali pun ikut meramaikan program pemerintah tersebut.

Lepas dari Way Jambu, bang Andre ngajak gue mampir ke suatu tempat. Pantai Tanjung Setia namanya. Pantai Tanjung Setia terletak di sepanjang Pantai Pesisir Barat, Lampung. Kalau lagi musim ombak, ketinggian ombaknya bisa mencapai 2 sampai 4 meter dengan panjang sekitar 200 meter. Ombak di sini disebut-sebut sebagai salah satu ombak terbaik di dunia oleh peselancar dari seluruh dunia. Namun pantai ini sendiri belum cukup terkenal seperti Pantai Kuta Bali dan Lombok. Masih perlu perhatian dari pemerintahan setempat. 
Numpang foto doang di Tanjung Setia

Cuaca lagi-lagi tidak mendukung dan kami tiba di pantai sudah sangat senja. Jadi kami tidak bisa menikmati pemandangan sisi pantai. Kami harus segera pergi sebelum tambah gelap dan hujan. Kecepatan motor gue tambah sedikit lebih cepat. Namun, hujan sudah terlanjur turun. Menutupi lubang jalanan dan membanjiri perkampungan sekitar. Terlihat beberapa ruas jalan amblas karena banjir. Gue harus berhati-hati kalo gak mau terperosok ke dalam lubang.

Sampai di Krui sekitar pukul 18.30 WIB. Dua belas jam perjalanan membuat tulang gue pada mengkerut. Hari ini, gue sudah menempuh jarak kurang lebih 344 km. Pakaian semua basah, sepatu apalagi, cariel juga ikutan basah, untung bagian dalam cariel sudah gue lapisi plastik sampah (tresbag) jadi hanya bagian luarnya saja yang basah. Di Krui gue menginap di tempat saudaranya bang Andre. Namanya bang Dodi. Dia tinggal bersama istri, anak dan orang tuanya, jadi agak rame-rame gitu. Perjalanan panjang membuat perut gue lapar. Gue pun diajak ke ruang makan sama bang Dodi dan bang Andre. Pas ngelihat makanannya. Hemm, semua masakan berwarna merah terang. Mungkin kalau pas lagi mati lampu, makanannya bakalan nyala saking merahnya. Glow in the dark gitu. "Beginilah masakan Sumatera, kebanyakan cabenya daripada bahan bakunya," kata Bang Dodi sambil tertawa. Tapi rasanya enak juga lho! Pedasnya itu bikin ketagihan. Gue aja sampe nambah 2 piring #laper.

Karena ini malem minggu, waktunya kita wakuncar-an alias waktu kunjung pacar. Tapi karena gue lupa kalau lagi gak punya pacar, jadi gue ikutan nimbrung sama bang Andre dan keluarganya bang Dodi aja di teras depan rumah #TWEW. Orang-orang di situ pada heran dengan gue. Bukan karena gue ganteng dan penuh kharisma, tapi mereka heran setelah mendengar cerita gue. Dikira gue itu streess, kalau bahasa sananya wong giloo kamu!! Mereka ngatain stres karena gue pergi sendirian dengan bawaan segaban dan naik motor butut pula.

Ini yang menjadi pertanyaan setiap insan yang ada di dunia. Kenapa gue nekad jalan sendirian? Yang ini bukan karena gue egois ataupun autis. Sebenernya gue udah mengajak men-temen, bahkan memposting di Facebook, ngetwitt di twiter (padahal gue lupa paswordnya), terus gue broadcast di Blackbery punya temen, sekali lagi gue tekankan Blackbery PUNYA TEMEN, dan hasilnya N.I.H.I.L.. Mereka cuma bilang: "Maju terus kawan, lanjutkan", "Hati-hati dimakan Macan Sumatera", "Streess lu, geloo, cari mati lu di Sumatera", "Cemungud ea kaka", "Inget nitip oleh-oleh yuaaa", "Salam sama cewe-cewe Sumatera", dan bla bla blabla. Sekarang sudah tau kan kenapa gue jalan sendiri. Mungkin karena perjalanan ini memakan waktu yang tidak sebentar, jadi mereka belum bisa ninggalin kerjaannya, kuliahannya atau mamaknya di rumah. Ini juga pertama kalinya gue jalan sendiri loh!! Pakai motor pula #bangga.

Kami ngobrol ngalor ngidul masalah trip ini. Tentang impian masing-masing. Bang Andre mempunyai impian untuk meng-eksplore 7 danau terluas di Sumatera suatu saat nanti. Ketujuh danau itu di antaranya adalah Danau Ranau di Sumatra Selatan, Danau Kerinci di Jambi, Danau Kembar, Maninjau, dan Singkarak di Sumatra Barat, Danau Toba Di Sumatra Utara, dan Danau Laut Tawar Di Aceh. Lantas gue berpikir, kenapa gue gak mencoba untuk menjelajahi ketujuh danau tersebut. Dan akhirnya gue putuskan bahwa 7 Danau ini masuk ke dalam destinasi utama pengembaraan ini. Makasih bang Andre yang udah menginspirasi gue *Cipok perut bang Andre yang buncit*.

Salah satu danaunya, yaitu danau Ranau, sudah lumayan dekat kalau dari Krui, kurang lebih sekitar 2-3 jam lagi. Gue pun berencana pergi ke sana untuk menjelajahi 7 Danau Terluas di Sumatera. Namun, Tuhan sepertinya belum mengijinkan gue untuk melihat keindahan Danau Ranau. Kata bang Dodi, kemarin baru saja terjadi tanah longsor di jalan menuju ke danau dan memakan korban. Busseetttt!! Nyali gue langsung melempem kayak kerupuk keujanan. Daripada gue tertimbun tanah longsor, mending gue putuskan untuk menunda perjalanan ke Danau Ranau dan langsung menuju tujuan selanjutnya. 

Hari sudah larut malam. Perjalanan baru saja dimulai. Cerita apa lagi yang akan dihadapi esok hari? Sebelum melanjutkan, ada baiknya gue tidur dulu untuk persiapan besok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar