Jumat, 19 September 2014

Saudara Jauh

Halaman 9

"Selamat Datang Di Kota Bengkulu". Ketemu juga dengan gapura yang udah gue cari-cari dari tadi. Gue langsung nyari alamat di mana sodara gue tinggal. Di SPBU sambil mengisi bensin, gue menanyakan alamat tersebut ke penjaga yang mukanya beda tipis sama Andy Lau abal-abal. Dia bilang, letak alamat tersebut berada jauh di ujung kota, tinggal lurus terus sampai mentok.

Kampung Cina, itulah tempat di mana saudara gue tinggal. Gue memasuki sebuah pintu masuk berupa gapura dengan atap lengkung khas Tiongkok, dihiasi dua pasang naga dragon ball dan sebuah bola api. Di dalam, kebanyakan isinya rumah toko atau ruko-ruko di sisi kiri dan kanan jalannya. Sepi, hanya ada lampion-lampion berwarna merah menyala yang dipasang di setiap penjuru kampung, menambah ciri khas ke-tionghoa-an.

Sodara gue sudah menunggu di depan salah satu ruko dekat Vihara Budha. Ternyata ruko itu adalah tempat tinggalnya bersama istri dan anak-anaknya. Nama saudara gue adalah Kang Sunar. Dia adalah saudara dari bapak gue. Bisa dijabarkan kayak gini: Jadi nenek gue dari bapak itu kaka-beradik dengan nenek neneknya beliau yang suka ngangon kambing bareng nenek gue.
Jujur, gue dari dulu gak pernah tau struktur mukanya kang Sunar kayak gimana. Terus terang aja, baru kali  ini gue bertemu dengan beliau. Walaupun saudara, tapi jarang banget ketemu bahkan saking jarangnya, gue sampai gak tau mukanya gimana. Bulet, lonjong apa rata?? Beliau memang jarang pulang ke kampung halaman sejak menjadi BRIMOB dan ditugaskan di Bengkulu. Tapi menurut pengakuan kang Sunar, waktu gue masih bocah ingusan, gue sering digendong, dicubit sampe dibikin nangis. Tapi gue sama sekali gak inget apa-apa, atau jangan-jangan gue yang sudah hilang ingatan *bongkar otak*. 

Total perjalanan hari ini telah menempuh jarak 384 km. Untuk perolehan sementara, gue dan si motor sudah melewati 8 kabupaten dan 2 Kotamadya di Sumatera. Laporan selesai. Tuuut!!!

Setelah menaruh barang-barang di rumah, gue diajak makan di luar sama kang Sunar. Dengan menggunakan motor, kami pun pergi ke suatu tempat jajanan gitu di dekat gerbang masuk yang ada naganya tadi. "Mau makan apa? Pilih aja sesuka kamu. Biar saya yang bayar," ucap kang Sunar. Waaaw, gak sia-sia gue bergelut dengan gelapnya hutan sawit Bengkulu sambil komat-kamit baca surat kulhu. Dapat makanan gratis tis tis testis #Eh.

Gue milih nasi goreng sea food ditambah teh anget sebagai santapan malam kali ini, lumayan untuk menghangatkan badan. Gue pun menceritakan ide "gila" ini kepada kang Sunar. Menceritakan tentang impian gue pergi ke Sabang, dan beliau hanya heran seheran-herannya dengan ulah gue yang satu ini. Beliau gak menyangka kalau gue bakalan jadi anak "gelandangan" kayak gini,  yang dulunya gue itu anak rumahan, cupu, katroo, ndusun, cemen, kudet, bapuk, caur, terus apa lagi yah? Pokoknya paling enggak banget dah. Tapi sekarang malah keliling Sumatera sendirian, dengan bekal yang minim, dan pakai motor pula, walaupun tetep ndusun dan cupunya masih ada. Gue cuma bisa cengar-cengir mendengar celotehannya.

Yogie kecil memang sangat berlawanan dengan Yogie remaja. Gak ada yang bisa dibanggain dari Yogi kecil, kecuali kepintaran dan kegantengannya (ini serius). Orangnya ganteng, pemalu, penakut, cupu, kalau ke kamar mandi aja minta ditemenin. Namun waktu SD dan SMP jangan ditanya soal nilai raport. Yah, cukup lah untuk membuat emak bapak gue ngalahin nyengirnya kuda. Tapi sekarang malah kebalikannya. Yogi remaja itu sedikit berani, malu-maluin, dan bodoh. Nilai ujian aja hampir mendekati garis remedial. Tapi gantengnya masih tetep kok *ngaca di tutup panci*. 

Senin, 10 Desember 2012
Selamat pagi Kota Bengkulu! Pagi-pagi rabun, kang Sunar sudah pamitan mau pergi dinas, karena tiap pagi beliau wajib mengikuti Apel dan Olahraga. Istri kang Sunar yang berdarah tionghoa, sebut saja si Mami nyuruh gue sarapan. 
"Mau makan apa?" tanya si Mami yang udah berdiri di pintu.
". . . . ." Bingung.
"Di depan ada warung. Ada nasi uduk sama lontong sayur. Yogi mau apa? Biar aku pesenin," lanjut si Mami mencoba menjelaskan dan sudah siap berangkat.
"Ga usah repot-repot, biar saya makan di sana aja."
"Oh ya udah kalau gitu." gue pun langsung pergi keluar.

Selain biar gak ngerepotin si Mami, Gue milih makan di tempat, biar bisa menikmati suasana pagi di Kampung Cina. Gue mesen lontong sayur untuk menemani sarapan pagi ini. Waktunya makan sambil menikmati pemandangan Kampung Cina yang . . . SEPIIIIIII #KrikKrikKrik.

Kenapa sepi banget yah!! Padahal banyak ruko-ruko dari ujung ke ujung. Mirip pasar pokoknya. Tapi kenapa kebanyakan tokonya pada tutup, cuma beberapa toko doang yang menjajakan barang dagangannya. Udah kayak kota "Segan" alias hidup bosan, digusur tak mau. Ternyata eh ternyata dari beberapa orang yang gue tanya. Dahulu kala, Kampung Cina memang sangat ramai dan menjadi pusat perekonomian di Kota Bengkulu. Semua kebutuhan warga ada di sini. Mulai dari sembako, pakaian, peralatan rumah tangga, barang bangunan dan lain-lain dijual di sini. Daerah ini semuanya dikuasai warga Bengkulu asal Tionghoa seperti si Mami. Tapi lambat laun populasinya mulai berkurang gak tau kenapa, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih menetap di rumah-rumah khas China yang sudah tua dan kusam tersebut. Rumah-rumah yang pada dasarnya mirip antara rumah satu dengan rumah yang lain tersebut kini banyak yang dijadikan tempat tinggal Burung Walet. Hanya beberapa rumah saja yang masih dihuni, salah satunya kang Sunar dan keluarga yang masih tetap membuka toko. 

Selesai makan, dua anaknya kang Sunar, Oscar dan Angel mengajak gue pergi ke pasar untuk membeli sayuran dan lauk-pauk. Padahal masih bocah lho, tapi udah bisa belanja di pasar sendiri. Oscar itu anak pertama kang Sunar dan masih kelas 2 SMP sedangkan Angel adalah anak kedua dan baru kelas 3 SD. Sumpah, ini dua bocah Pinter banget. Gue aja main Kartu Domino sama si Oscar gak pernah menang, kecuali kalau gue kibulin dia, baru gue bisa menang, tapi dia langsung tau kalau dia udah dilicikan. Udah gitu mereka Over Aktif gila!! Udah over weight, gemuk, nyempluk, tembeb, imut, tingkahnya macem-macem pula. Susah ngeladenin mereka berdua. Udah kayak Shincan sama Himawari adenya yang selalu bikin ulah. Waktu di pasar aja ditarik-tariknya tangan dan kaki gue. Oscar tarik sana, Angel tarik sini, Oscar betot sana, Angel betot sini. Jadilah gue kayak layangan singit yang nyangkut di baling-baling helikopter. Pusiiing! Gue udah kayak bapak tiri yang tersiksa. Aaaargh!!!

Sepulangnya dari pasar, gue nganterin Oscar pergi ke sekolah pake motor. Mereka berdua sekolah di Saint Carollus yang jaraknya lumayan jauh kalau jalannya ngesot. Sekolahannya bisa di bilang keren lah. Kebanyakan orang-orang bermata sipit dan berkulit putih semua alias tionghoa. Salah satu guru wanita berambut panjang lewat di depan gue. Aih, cantik nian!! kayak artis KaWe Korea. Dia tersenyum malu melihat gue. Bangga juga gue punya wajah setampah ini. Lantas, gue langsung pergi pulang. Pas gue liat spion motor, gue sadar, rambut gue udah kayak sarang burung dicakar anjing. Udah pake kolor doang, belom mandi, rambut kusut. Pantes ja guru tadi senyum-senyum kaga jelas liat gue *zzzZZ*

Sampai di rumah, gue diminta untuk nungguin toko karena si Mami mau masak dulu. Gue dengan senang hati mengiyakan. Istrinya itu jualan pakaian gitu dan ada mainan anak-anak juga. Oia, gue penasaran sama sebuah foto yang tergantung di dinding ruang tamu. Foto seorang wanita berambut panjang, putih mulus, mata sipit, seksi, persis kayak girl band korea. Bener-bener "macan" alias manis dan cantik. "Itu foto Mami waktu abege dulu, gi." Si Mami menjelaskan. Gilaaaa!!! Beda jauh banget sama sekarang. Gendut #Piss.

Jam 13.00 WIB, gue berencana berkeliling Kota Bengkulu. Oscar yang baru pulang sekolah langsung ngebuntutin gue terus dengan mata yang berbinar-binar. Minta diajak. Angel juga gak mau kalah dengan kakaknya, dia bela-belain bolos les hanya untuk ikut jalan-jalan dengan gue. Hadeeeww, apa boleh buat. Jadilah dua bocah chubby sekaligus "devil" ini menuh-menuhin jok motor gue. Gak tau deh, perjalanan apa yang akan terjadi nanti. Yang pasti sekarang, saatnya BERANGCUUUT!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar