Selasa, 14 Oktober 2014

Danau Kembar

Halaman 18

Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kotamadya (kalo ada kesalahan tolong dikoreksi). Tiap kabupaten dan kota mempunyai ciri khas pemandangannya masing-masing. Diantaranya yang kemarin gue singgahi adalah Kabupaten Pesisir Selatan yang mempunyai Jembatan Akar dan Pantai Carocok (walaupun cuma sampai tempat parkir) beserta pulau-pulau indahnya. Lalu di Kota Padang ada wisata legenda Maling Kundang dan Siti Nurbaya, dan masih banyak lagi tempat yang belum sempat gue eksplore di dua tempat itu karena keterbatasan waktu.

Next Destination, Kabupaten Solok. Di daerah ini gue akan mengunjungi keindahan Sumbar dari sisi yang berbeda. Oia, rute perjalanan di Sumbar ini sudah gue tentukan. Kemarin, gue yang dibantu bang Anto telah menyusun rute perjalanan di Bumi Minang. Setelah melihat peta, mempelajari, menimbang, memilah, meninjau, merinci, mesingkarak, mentoba (itumah nama-nama danau!!!). Hasil keputusan akhir bahwa rute perjalanan gue di Sumbar adalah sebagai berikut: Setelah kemarin melakukan penelusuran dari Pesisir Selatan - Kota Padang, lanjut sekarang Padang - Kota Solok, dan besok besoknya lagi (dari Solok ke Sawahlunto, terus balik lagi ke Solok) - Batusangkar - Payakumbuh - Bukittinggi (Bukittinggi - Pariaman - Bukittinggi) - dan Provinsi Sumatera Utara. Rute yang super briliant, jadi gue bisa melewati hampir semua daerah di Sumatera Barat. Yah, walaupun kelihatannya agak bolak-balik. Tapi tak apa lah!

Waktunya kita berpetualaaang!!! Walaupun dengan perasaan gak karuan mikirin nasib Hape yang sedang kritis. Chargeran mana chargeraan!!!
Sebelum keluar dari Kota Padang, gue berenti di sebuah bengkel untuk mengganti oli motor. Si Motor sejauh ini sudah menempuh jarak 1600 km lebih dan rantainya pun sudah agak kendor. Gue teringat akan kata-kata Montir Suzuki, bahwa batas penggantian oli itu sekitar 1500 km - 2000 km gitu. Belum lagi motor gue udah boros banget olinya, jadi harus sering dicek dan rutin diganti (baca chapter: Ada Niat ada Jalan). Jalan yang akan gue lewati nanti adalah perbukitan, jadi rantai motor pun jangan sampai kendor. Bisa berabe kalau pas lagi di tanjakan nanti, rantainya putus.

Dari kota Padang ke Solok, gue melewati Jalan Raya Indarung. Di sebelah kiri jalan, gue melihat Pabrik Semen Padang dan lokasi bukit kapur penambangan. Asal kalian tau aja, Pabrik Semen ini merupakan pabrik semen yang pertama dan produsen semen tertua di Indonesia. Pabrik itu telah beroperasi sebelum nenek gue jadi cabe-cabean, yaitu sejak tahun 1910. 

Jalan Raya Indarung ini merupakan jalur utama pengangkutan semen gitu. Selain itu, jalur utama untuk kendaraan dari Solok masuk ke Kota Padang atau sebaliknya, bahkan dari provinsi lain juga ada yang lewat sini (terutama daerah Kerinci, Provinsi Jambi). Jadi, di sepanjang perjalanan, gue sering berpapasan dengan truk-truk monster pengangkut semen dan barang dari daerah-daerah tersebut. 

Keluar dari Kota Padang, gue sudah memasuki kawasan Hutan Lindung Bung Hatta. Trek jalanan mulai menanjak dan terlihat di depan sana kemacetan mengular panjang. Jalan raya hanya dipakai satu jalur saja. Fixs gue terjebak kemacetan perbaikan jalan. Belum lagi cuaca tidak mendukung. Hujan turun deres banget. Asyeemmmm!! Padahal kalau cuaca cerah, perjalanan dari Padang ke Solok itu pemandangannya bagus banget. Jalan yang berliku-liku, bukit-bukit, dan di salah satu puncak bukit, sudah disediakan bangunan khusus untuk menikmati panorama gitu. Nah dari bangunan seperti pos kamling itu, kita bisa melihat Kota Padang dikelilingi birunya lautan dan hijaunya hutan Bukit Barisan. 

Di tengah perjalanan, gue dihadang sebuah pertigaan (30 km dari Kota Padang). Gue membuka hape yang tengah sekarat baterai. GPS gue nyalakan. Ternyata jika mengambil jalur kiri, gue akan langsung mengarah ke Kota Solok. Namun gue memilih jalur ke kanan untuk menuju sebuah danau. Danau Kembar. Danau yang sudah menjadi destinasi perjalanan gue mengunjungi 7 Danau Terluas di Sumatera. 

Hujan masih terus mengguyur. Jas hujan sudah tidak kuat lagi menahan rembesan air hujan. Badan gue lepek. Udara lama kelamaan menjadi semakin dingin. Hamparan kebun teh sudah tersebar di setiap bukit-bukit kecil. Tidak terasa gue sudah berada di atas perbukitan. Tubuh mulai menggigil kedinginan dan perut sudah mulai keroncongan. Pandangan pun sudah tidak terlalu jelas terhalang oleh air hujan. Tidak terlihat sama sekali warung atau sejenisnya untuk sekedar menghangatkan perut. 

Gue masih terus berpacu bersama si motor, melewati ruas jalan kecil meliuk-liuk naik turun. Hujan berhenti sesaat setelah gue melihat sebuah kumpulan air dari kejauhan. It so beautifull guys!! Yup, bener banget. Kumpulan air tersebut adalah danau yang sudah gue cari-cari. Begitu indah pemandangan danau dari kejauhan. Warna danau yang bercampur dengan putihnya embun hujan, dan warna-warni pelangi samar-samar muncul di atas permukaan danau. 

Waktu sudah menunjukan pukul 16.30 WIB. Gue menghentikan motor dan bertanya kepada salah satu warga yang tengah berjalan di pinggir jalan. Pemuda dengan jaket dan sarung yang dililitkan di lehernya-menandakan bahwa udara di sini memang sangat dingin, itu berkata bahwa, nama danau di depan sana adalah Danau Diatas. Oia, Danau Kembar itu dibagi menjadi dua danau, Danau Diatas dan Danau Dibawah. Itulah makanya kenapa dinamakan Danau Kembar, karena ada dua buah danau yang jaraknya lumayan berdekatan (sekitar 300 meter). 
Danau Diatas, Danau Kembar.

Danau Diatas dilihat dari kejauhan

Danau Kembar terletak di daerah Bungo Tanjung, Alahan Panjang, Kabupaten Solok (sekitar 55 km perjalanan dari Kota Padang). Danau pertama yang gue lihat adalah Danau Diatas atau kata orang sini menyebutnya Danau Diateh. Katanya, Danau Diatas ini memiliki luas sekitar 17,20 meter persegi, panjang 6,25 km dan lebar 2,75 km. Permukaan airnya berada di ketinggian 1.600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan kedalaman kurang lebih 44 meter. 
Panorama danau kembar

Di sepanjang jalan, gue menjumpai banyak penjual buah markisa, kesemek, stroberi, terong belanda, termasuk juga pedagang bunga dalam pot. Semuanya digantung di gubuk-gubuk warung kecil. Sampai di sebuah pasar, ada simpang jalan yang jika mengambil ke arah kanan dengan jalan yang menurun, kita akan sampai di pinggiran Danau Diatas. Kalo mengambil jalan lurus, akan mengarah sampai ke Provinsi Jambi. Sedangkan simpang ke kiri akan menuju Danau Dibawah dan bisa tembus ke Kota Solok.

Gue mengambil jalur ke kiri yang menanjak untuk lanjut ke Kota Solok. Sebenernya gue pengen banget melihat Danau Diatas dari dekat, tapi karena waktu sebentar lagi gelap, gue hanya "berfantasi ria" doang bisa mandi di pinggiran danau bersama emak-emak yang lagi berak. Gak jauh dari simpang pasar tadi, gue menemukan gapura yang bertuliskan Panorama. Tapi lagi dan lagi, karena waktu sudah mepet, gue putuskan untuk melewati pemandangan yang sepertinya indah tersebut. ByeByePanorama! *sedih*. 

Kumpulan air lagi-lagi menyambut perjalanan gue dari arah kanan. Mungkin ini lah Danau Dibawah itu. Yeaah, akhirnya gue bisa sampai juga di danau pertama, dari ketujuh danau terluas di Sumatera. Tinggal 6 danau lagi yang harus gue singggahi. Ayo, semangat!!!
Di pinggiran Danau Dibawah

Sampai juga di danau pertama di Sumatera

luasnya danau kembar
Narsis dolo lah!!!

Waktu sudah pukul 17.00 WIB. Hari sudah mulai gelap. Perjalanan ke Kota Solok masih sekitar 40 km lagi. Gak ada waktu lagi untuk buang air kecil apalagi ngupil di pinggir danau. Banyak sekali pasangan muda-mudi sedang berduaan di sisi jalan sambil menikmati pemandangan Danau Dibawah. Kecewa sangat. Kecewa bukan karena gak bisa menikmati danau, tapi iri ngelihat mereka yang lagi pacaran. Saket hatee!! 

BTW, gue sedikit bingung dengan penamaan dua danau ini. Kenapa namanya dibalik yah? Padahal letak Danau Diatas itu di bawah Danau Dibawah, dan Danau Dibawah itu di atas Danau Diatas. Tapi kenapa namanya Danau Diatas padahal danaunya berada di bawah Danau Dibawah, dan kenapa namanya Danau Dibawah padahal danaunya berada di atas Danau Diatas. (Bingung kan gue ngebacot apa?). Intinya Danau Dibawah itu posisinya berada lebih tinggi dibanding Danau Diatas.
Panorama Danau Dibawah

Hari sudah mulai gelap. Hadew, kemaleman di jalan lagi deh! Udah gitu jalan yang gue lalui ini, jalan perkampungan dan pesawahan gitu. Kadang-kadang ketemu hutan, kebun, sawah, banyak tikungan mengular, jalan sempit, gelap, hujan lagi. Si motor pun gak bisa ngebut. Jalan ini memang merupakan jalan alternatif menuju Kota Solok dari arah Kerinci, Provinsi Jambi. Tapi bikin merinding disko kalo jalan sendiri di sini. 

Dalam kesendirian, gue mengendarai motor melintasi gelapnya Kabupaten Solok. Meliuk-liuk, turun, kemudian naik perbukitan. Binatang-binatang kecil tanpa sengaja tertabrak di wajah lusuh gue, bahkan diantaranya tidak sungkan-sungkan masuk ke bola mata. Sial. Gue mengucek-ngucek mata. Perih. Dengan penglihatan yang masih samar-samar, gue melihat titik-titik cahaya dari atas sini. Itu pasti Kota Solok! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar