Kamis, 02 Oktober 2014

Selamat Datang di Negeri Minang


Halaman 14

WELCOME TO SUMATERA BARAT PROVINSI. Kabupaten Pesisir Selatan menjadi daerah yang pertama gue jelajahi  di Sumbar dan merupakan kabupaten ke-12 yang gue lewati di Sumatera. Tujuan pertama yaitu menuju daerah Painan, ibukota dari Kabupaten Pesisir Selatan. Sawitan masih setia menemani perjalanan ini. Terkadang hujan sesekali turun untuk membasahi jalan yang gue lalui. Namun, perjalanan yang membosankan dan merepotkan itu seketika menghilang ketika tujuh warna terlukis di langit biru sesaat setelah hujan berhenti. Di balik perjalanan yang buruk pasti ada sesuatu yang indah, atau sebaliknya, ada sesuatu yang indah di balik perjalanan yang buruk #sama aja panjul. Tapi itulah perjalanan hidup, gak selamanya buruk, gak selamanya juga indah. Intinya pasrah aja kayak gue.

Rumah-rumah khas Minangkabau yang beratap "gonjong" tersaji ketika gue melewati tiap-tiap pedesaan. Selain pada bangunan rumah, dijumpai juga bermacam gapura pada beberapa ruas jalan yang beratap gonjong. Katanya, gonjong ini merupakan salah satu bagian simbol etnik, merepresentasikan makna filosofi Minangkabau yang terabstrasikan ke dalam bentuk bangunan gitu (Gaya banget omongannya. Ngarti juga kaga). Tapi bener-bener unik. Baru kali ini gue melihat banyak rumah gonjong seperti ini. Biasanya gue cuma bisa lihat bentuk rumah khas suku Minang di rumah-rumah makan Sayang Bundo di Jawa.

Kata bang Arjunoko, nanti gue bakalan ketemu dengan pertigaan yang jika mengambil ke arah kanan, gue akan tiba di daerah Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi. Jarak ke Sungai Penuh lumayan dekat kalau dari pertigaan itu. Di Kerinci itu, tentu saja di sana ada sebuah gunung berapi yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera. Namun tujuan gue sekarang adalah Painan. Karena di sana ada sebuah jembatan gitu, tapi bukan sembarang jembatan. Kalau pengen tau bagaimana bentuk jembatan itu, baca terus sampai mata berbusah.

Di Sumbar cukup mudah menemukan SPBU yang masih menyediakan stock BBM. Tidak seperti di provinsi sebelumnya yang sudah menjadi barang langka. Sampai di sebuah desa yang bernama Airhaji, gue menyempatkan waktu untuk solat dan makan. Kebetulan gue menemukan warung kopi gitu. Langsung gue mesen mie rebus. Lumayan buat ngeganjel perut sama ngeganjel pengeluaran. Karena harga mienya murah banget, cuma 3000 perak.

Tiba di Kota Painan sekitar pukul 15.00 WIB (185 km dari Muko-muko). Di Kota Painan, gue menemukan petunjuk arah ke salah satu objek wisata di Painan. Langsung tanpa pikir panjang, gue berbelok ke arah kiri mengikuti petunjuk arah tersebut. Setelah mengikuti jalan, sekitar 2 km, akhirnya sampai juga gue di Pantai Carocok. Tidak terlalu sulit untuk menemukan tempat ini. Tinggal ngikutin jalan masuk dari jalur lintas dan jalan ini cuma satu-satunya yang mengarah ke pantai.

Sampai di sebuah area yang luar, gue memantau sekeliling tempat. Banyak kendaraan-kendaraan yang diparkir di area tersebut. Kenapa tempatnya begini? di mana pasir pantainya? ada sih air laut, tapi pinggirannya sudah di beton. Mungkin pantainya harus masuk ke dalam lagi karena gue melihat ada pos penjaga di ujung parkiran. Tapi luarnya aja kelihatan biasa, apa lagi dalemnya? Udah gitu bayar lagi. Yup, intinya gue emang males bayar. Sebelum gue tambah kayak orang keilangan emaknya dan sebelum gue disangka jualan kolor lagi, mending gue langsung cabut dari tempat ini. Alhasil di Carocok ini gue cuma sampai di parkiran doang dan cuma duduk-duduk di jok motor selama 5 menit. Cuapek deh!!!

Ternyata eh ternyata, kata orang yang gue temui di jalan. Gue telah melewatkan sebuah tempat wisata yang sangat luar biasa indah. Pantai Carocok gak seperti yang terlihat dari luarnya yang biasa banget. Kalau saja tadi gue mau paksain masuk ke dalam lagi, pasti gue akan menemukan sebuah permata di Bumi Minang ini. Rugi dah gue. 

Ternyata Pantai Carocok Sangat terkenal di Sumatera Barat. Kawasan ini berhadapan langsung dengan 2 buah pulau yaitu Pulau Kereta dan Pulau Cingkuak. Dari kejauhan juga nampak Pulau Semangki dengan pemandangan yang sangat indah dan airnya yang bersih. Begini nih kalau gak cari info dulu tentang tempat wisata sebelumnya. Lain kali kalo mau ke mana-mana, cari dulu data sebanyak-banyaknya tentang tempat wisata di daerah tersebut. Kalau perlu diprint infonya, ditulis di telapak tangan atau dada, biar gak "rugi bandar".

Bang Andre juga pernah bilang pada saat gue melewatkan tempat wisata yang ia kelola di perbatasan Lampung - Bengkulu. Sambil memamerkan foto pemandangan di sana dia berkata, "nyesel kan gak lihat pemandangan bagus kayak gini? Ngapain jalan buru-buru tapi banyak spot kelewat tanpa bisa dilihat. Berhenti jalan saat malam itu bukan karena takut atau rawan, tapi karena gak bisa lihat pemandangan. Begitu prinsip gua." Iya sih, rugi juga udah jauh-jauh ke Sumatera tapi gak ada yang bisa dilihat kalau gue selalu terburu-buru.
Foto dari bang Andre sewaktu pamer tempat wisata yang di kelola

Hari sudah terlanjur sore, gak ada waktu lagi untuk balik ke pantai. Gue langsung bergegas menuju jembatan yang menjadi tujuan utama di Painan. Dari Kota Painan gue berjalan ke arah Padang mengikuti jalur lintas dan kira-kira sekitar 15 km berjalan, gue menemukan pertigaan. Terlihat plang petunjuk arah mengatakan lokasi untuk menuju tempat tersebut adalah berbelok ke kanan. Lantas, gue pun mengikuti petunjuk tersebut. 

Pemandangan areal pesawahan yang luas ditambah dengan pemandangan bukit-bukit tersaji setelah gue melewati pertigaan. Membuat penglihatan mata gue jadi seger. Sekitar 25 km gue memacu si kuda besi, sampailah gue di kampung Pulut-pulut Kecamatan Bayang Utara. Di sinilah jembatan unik itu berada. Gue parkir motor dan langsung masuk ke area wisata. Dari tempat parkir gue berjalan kaki mengikuti jalur yang sudah ada. Gak beberapa lama gue berjalan, terlihat sebuah jembatan yang sangat bombastisasi dan fenomenalisasi itu. Reflek, kaki gue langsung berlari ke arah jembatan. Yeye yeye lala lala!

Orang-orang di sini menyebutnya Jembatan Aka atau Jembatan Akar dalam bahasa Indonesia. Jembatannya unik banget sumpah. Jembatan ini bukan terbuat dari beton ataupun besi, tapi jembatan ini terbentuk dari penyatuan jalinan akar-akar pohon beringin gitu, sehingga membentuk suatu jembatan yang sangat harmonisasi dan kulturalisasi (apaan sih!), dan yang menariknya lagi, di bawah jembatan ini mengalir sungai Batang Bayang yang sering digunakan untuk rafting atau arung jeram.


Amazing Indonesia!!!

Katanya waktu zaman kuno dulu, jembatan ini pertama kali dibuat oleh seorang tokoh masyarakat yang amat sangat "pintar" bernama Pakiah Sokan dan dibantu oleh masyarakat Desa Pulut-pulut pada tahun 1916 dengan tujuan untuk menghubungkan dua desa yang terpisah oleh sungai. Kondisi jembatan ini semakin lama semakin kuat karena semakin besarnya akar pohon beringin yang membentuknya. Panjang jembatan ini sekitar 25 meter dengan lebar 1,5 meter dan ketinggian dari permukaan sekitar 15 meter. Hari ini nampak sepi sekali. Cuma ada gue dan satu dua warga setempat yang sedang nongkrong. Kata warga, kalo lagi musim liburan tempat ini akan dipenuhi para wisatawan.  Momen ini langsung gue gunakan untuk bernarsis ria. Mumpung sepi gak ada orang, jadi gue bisa foto sambil koprol sesuka hati. Tripod siap, kamera siap, eksyen. Pret pret pret jepret.

Narsis dulu lah!!!


Puas berfoto-foto, gue melanjutkan perjalanan menuju Kota Padang, yang menurut GPS jaraknya masih sekitar 70 km lagi. Motor, gue pacu sedikit lebih cepat karena hari sudah mulai gelap. Memasuki daerah Taluk Kabung, perjalanan jadi lebih berbelok-belok menanjak perbukitan. Namun Pemandangannya nampak begitu mempesona ketika gue sampai di atas perbukitan. Dari atas bukit, gue menuruni jalan yang berkelok-kelok dengan view pemandangan laut lepas dengan dihiasi matahari terbenam.

Kabupaten Pesisir Selatan memang terletak di pinggir pantai dengan panjang garis pantai sekitar 218 km. Topografi kabupaten yang luasnya 5.749,89 km2 ini terdiri dari dataran rendah, gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan Bukit Barisan. Tidak heran pemandangan di kawasan ini bermacam-macam bentuknya. Ada bukit, pantai, sungai, dan lain sebagainya. Kesan pertama memasuki provinsi Sumatera Barat benar-benar berkesan. Gue bak seperti artis holiwood yang disambut karpet merah, namun karpetnya adalah bentangan alam yang sangat indah. Gue mendapat "salam" selamat datang yang sungguh mempesona dari Negeri Minang ini.
  
Salam Silaturahmi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar